Rabu, 19 Mei 2010

Agama

ISLAM
YANG SESUNGGUHNYA















LALU SULAEMAN





















TIFA PUSTAKA
de
ISLAM YANG SESUNGGUHNYA


Penulis             :  Lalu Sulaeman
Editor              :  Fahmi A. Gusriadi
Tata Letak/     
Sampul            :  Budy R.








Penerbit           :
TIFA PUSTAKA
Jl. Dramaga H. Abbas No. 12 Caringin Mukti
Kel. Margajaya Kec. Bogor Barat
Kota Bogor








Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa seizin tertulis dari penulis atau pemegang hak cipta.











Cetakan I, Agustus 2011/Ramadhan 1432 H


Dicetak oleh Mawar Press, Jl.Agathis, Kampus IPB Dramaga, Bogor
HP 081511462707/081384222007




Pengantar ke Bab-bab Berikutnya

            Sebelum kita masuk kedalam bab-bab berikutnya ada baiknya aku jelaskan sedikit tentang syahadat dan mohon dengan akal yang sehat dan hati yang bijak mari kita pahami. Perhatikan lafaznya : “Ashadu alla illaha IllAllah, wa ashadu anna Muhammad Rasulullah”.  
            Adapun yang akan aku tanyakan ini, boleh saja kita anggap gila, atau mungkin akan menganggapku sesat, karenanya aku gunakan akalku dengan semestinya. Isi  dari syahadat tadi artinya “Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad Rasulullah”  Adapun yang akan aku tanyakan adalah :
·         Benarkah anda menyaksikan syahadat itu? La maujudu Wajhullah, bahwasannysa tiada yang maujud hanya wajah Allah. Atau firman yang lain : La Maujudu IndAllah, tiada yang maujud hanya Allah ? Jika minta kujelaskan bisakah di jelaskan ? Tentu akan menjawab bahwa Allah tiada beranak tiada di peranakkan (lam yalid walam yulad walam yakullahu kufuan Ahad), kemudian ia tiada seumpama dengan apapun/mahluk  tiada sepadan (laisya kamislihi say un wahuwassami ul basir). Dan kemudian tiada di atas tiada di bawah tiada samping kiri dan kanan, tiada di dalam dan tiada di luar tiada tidur, tiada memiliki waktu. Kan ujung-ujungnya tiada  bisa tercerita, apabila kalau kita ambil dari segi firman dan hadis. Maka tidak heranlah mereka tertawa terutama kaum non muslim. Mohon maaf aku bertanya begini bukan maksud ujub, hanya saja aku pernah di tanya demikian oleh salah seorang Tuan Guru yang sangat ahli di bidang ini sebelum aku paham betul akan ilmu ini, dan hampir saja hatiku bergumam memvonis tuan guru tersebut sesat/salah, akan tetapi bisikan hati nuraniku menjawab apa yang beliau tanyakan itu benar adanya mengapa kamu berprasangka buruk dan mendustai akalmu ?

·         Apakah yang anda ketahui tentang bersaksi? Setahuku, bersaksi adalah melihat, mendengar dan merasakan serta ada di tempat kejadian selain kita yang bersaksi ada pula yang menyaksikan keabsahan kita sebagai saksi bukan? Contohya seperti ini, dulu aku pernah kecelakaan dengan sebuah mobil di saat aku tidak sadarkan diri itu aku mendapat banyak ilmu dan manfaat sekarang yang akan kita tegaskan siapakah yang jadi saksi kecelakaan itu ? Dalam hal keduniaan tentu orang yang berda di sekitar tempat itu dan tidak cukup dengan satu orang karena ada saksi dan ada yang menyaksikan kesaksian itu bukan? Barulah polisi akan mengusut di tempat kejadian perkara (TKP),  dan akan mustahil polisi menanyakan istriku yang sedang di rumah, yang tidak tahu apa-apa akan hal itu.  Jadi sesungguhya siapakah yang tahu dalam hal itu, tentu saksi itu dan ilmu itu milik si saksi itu sendiri yang diceritakan kepada polisi. Apakah polisi itu tahu kira-kira jika ia tidak di beritahu ? Tentu tidak.

            Sama halnya dengan ilmu yang kita miliki ini, hanyalah milik Allah semata-mata,  dan manusia tidak punya ilmu sedikit pun. Adapun ilmu untuk mengetahui tentang Allah itu darinya pula yang di sampaikan kepada Rasulullah, kemudia turun temurun ke ummatnya. Jadi siapa yang mutlak mengenal ? Marilah kita belajar, jangan sampai agama kita ini berdasarkan budaya dan keturunan (kisah tentanh hal ini telah aku tuliskan syairnya dalam sebuah lagu yang aku ciptakan dengan judul Ingin mengenal-Mu).
            Yang menjadi pertanyaan lagi, bisakah dan sahkah saksi itu? Tentu sah karena ia melihat langsung kejadian itu baik dari segi hukum dunia dan akherat. Sekarang pikirkan dengan matang bisakah istri aku yang tidak tahu apa-apa akan menjadi saksi dalam hal itu? Sahkah di pengadilan dunia jika istriku menjadi saksi? Tentu kalian akan jawab tidak kan! Nah pikirkanlah dalam-dalam dengan akal yang cerdas bukan dengan akal yang pintar karena pintar bukan berarti cerdas. Sudah pahamkah anda tentang bersaksi? Dan sudahkah anda bersaksi dengan benar?

·         Pertanyaan berikut, mungkinkah anda kenal seseorang hanya dari sekedar nama saja? Karena Allah itu sekedar nama, bukan? Jika halnya yang terkenal Allah hanya nama saja, maka ia akan di katakan tiada oleh orang-orang kafir karena yang menuntut dalam hal ini adalah pengalaman dengan tawadu, zikrullah, sabar, reda dan ihlas, namun ada baiknya pula kita saling diskusi antar sesama muslim. Contohnya jika aku akan sebutkan nama anakku Lalu Muhammad Insan Sirrullah, dan karena memang betul anakku, dan ada yang mempertengkarkan. maka seseorang akan berkata aku bersaksi bahwa Lalu Muhammad Lnsan Sirrullah anak dari Lalu Sulaeman.

            Yang berani mengatakan itu tentu  kenal betul dengan anak aku sekarang bagi yang  tidak kenal. Aku akan sodorkan aksara nama anakku kira-kira tahukah anda anakku? Tentu tahu dari segi nama. Akan tetapi apabila anda bertemu dengan anak aku di suatu keramaian dan kebetulan anda bertatap muka tahukah nada anak aku? Tentu tidak kan! Akan tetapi jika aku bawa anakku kepada anda meskipun anda tiada tahu namanya tentu di manapun anda bertemu dengan anak aku pasti akan mengakui bahwa dia anakku. Kenapa begitu? Karena anda sudah kenal wajahnya, sifatnya dan kelakuannya.
            Jadi tatkala anda bertemu yang sekira-kiranya anda tidak hafal akan nama anak aku dan kalian berdua saling mengenal maka akan cukup anda panggil, hai mana ayahmu? Anakku akan langsung paham dan tentu akan langsung menjawab “ dirumah” jadi perlukah nama dalam hal ini? Dan manakah yang lebih baik mengenal nama atau mengenal orangnya? Akan lebih afdol lagi mengenal nama, perbuatan, sifat dan wajah. Dalam hal ini mengenal Allah dari segi Zat, Sifat, Asma dan Af’al.
            Apalagi jika dekat, begitu datang, tanpa anda minta anakku sudah mengerti akan menyuguhkan kopi dan rokok, dan jika lama akan diajak makan. Itu  bukan semata karena bentuk hormatnya anakku kepada anda, namun juga karena anda juga menghormatinya. Itulah ibarat sorga, tanpa kalian minta jika sudah dekat dengan Allah, malah akan di jadikan kekasih-Nya. Terlebih tadi, jika anda sebagai teman anakku seseorang perempuan yang cantik, jika anda acuh padanya iapun akan acuh padamu, jika kamu ingat padanya iapun akan ingat padamu, dan jika engakau benci padanya iapun akan membencimu. Dan jika anakku tidak kenal akan anda, maka lebih-lebih ia tidak akan kenal anda, dalam pepatah tak kenal maka tak sayang. Jadi bagaimana Allah bisa menyayangi kita jika kita tidak mengenal-Nya dengan sempurna.
            Jadi kesimpulannya di dalam bersaksi hendaknyalah kita benar-benar bersaksi jangan hanya sekedar jadi lisan saja. Syahadat bukan ucapan semata, karena jika bacaan saja, orang kafir pun sanggup mengatakannya, meskipun ia juga tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Jadi dimanakah bedanya antara yang kafir dengan yang muslim ? Bisakah anda membedakan? Beranikah anda memvonis mereka kafir ? Jika anda sudah berani tentu anda tanpa sadar sudah kufur dan mengakui diri anda sebagai Khalik, karena yang tahu segalanya hanya Allah. Coba pikir apa kita tahu jika di akhir hayatnya ia bertobat dan masuk secara benar ke dalam agama Islam, apa kira-kira anda akan tahu dan pernahkah berfikir kesana?
            Islam yang sesungguhnya adalah memahami semua makna yang terkandung dan isi dari pada syahadat itu dengan sebenar-benarnya paham. Janganlah seperti yang aku katakan,  agama kita berdasarkan budaya dan keturunan. Anda Islam, ya tiada lain karena orang tua anda Islam;  orang Kristen, Hindu, Budha pun demikian pula adanya, dan masing-masing menganggap diri merekalah yang paling benar dengan apa yang ia anut. Oleh karena itu, di buku ini aku akan uraikan lebih lanjut tentang pengelompokan diri oleh umat Islam. Pengelompokan yang membuat salah seorang temanku enggan dan urung masuk agama Islam di karenakan ia tidak tahu harus mengikuti paham yang mana, jadi ujung-ujungnya mereka anti terhadap Tuhan. Tidak sadarkah kita sebagai ummat Muslim telah melakukan hal itu?
            Inilah yang di katakan salah seorang teman non muslim yang ingin masuk ke dalam agama Islam, namun tatkala ia melihat banyaknya perpecahan dan pengelompokan maka ia berkomentar seperti yang aku utarakan tadi. Dan ini bukan satu atau dua orang yang mengatakan hal itu, sebab itulah aku ungkapkan segala isi hatiku dan isi hati mereka yang ingin aku Islamkan meskipun sebagian dari meraka sudah aku Islamkan.
            Allah  yang kita  pelajari ialah ia memiliki Zat dan Sifat yang keduanya tiada berpisah. Seperti firman Allah “Aku bukannya sifat akan tetapi antara aku dan sifat tiada aku berpisah”. Apabila Allah hanya zat saja maka tiada seorangpun termasuk Nabi Muhammad SAW mampu mengenal akan Allah. Pun jua jika yang ada hanya sifat saja, maka Allah tetap hal gaib yang tidak ada satu orangpun mampu mengenal, juga tidak satu malaikat dan mahluk yang akan mengenal Allah.
            Adapun akan aku contohkan sebagai berikut, pernah aku dengar hadis Rasulullah SAW, bahwasannya beliau bersabda :  Barang siapa yang memisahkan antara, api, panas dan cahayanya maka kafirlah ia”. Kira-kira bisakah kita pahami maksud hadis ini?
            Akan aku jelaskan apa makna dari hadis tersebut. Panasnya api itu adalah kenyataan zat dalam hal ini kita umpamakan Allah, kemudian api itu sendiri adalah utusan Allah yakni para Nabi dan Rasul. Kemudian cahaya yang banyak dari pada api itu adalah ummat. Jadi antara api, panas dan cahayanya tidak berpisah dan tidak bercerai. Api bukannya panas, api bukan pula cahaya iru sendiri adapun ketiganya antara api, panas dan cahaya adalah suatu keutuhan wujud yang tidak terpisah. Api dan panas ia sangat dekat dan hampir hampir tidak bisa berpisah, akan tetapi cahaya tersebar kemana-mana ke setiap penjuru,  itulah ummat yang banyak. Kesemuanya sampai kepada Allah, dan hanya milik Allah. Ketahuilah barang siapa yang mengenal selain dari pada Allah maka batAllah pengenalannya. Maha suci Allah dari segala umpama.










2
Tingkat Kewalian


Adapun tingkat kewalian sangatlah banyak namun dalam hal ini aku akan petik menurut Syaihul Ibnu Arabi dalam kitab “ Putuhul Makiyah”  membuat klasifikasi tingkatan kewalian dan kedudukannya yang jumlah mereka sangat banyak ada yang terbatas dan ada yang tidak terbatas, sedikitnya ada 9 tingkatan kewalian secara garis besar yaitu:
1.      Wali Aqtab/wali Qutub/ Wali Ghaus/ tertinggi 1 orang
2.      Wali Aimah jumlahnya 2 orang.
3.      Wali Autad jumlahnya 4 orang
4.      Wali Abdal jumlahnya 7 orang
5.      Wali Nuqoba Jumlahnya 12 orang
6.      Wali Nujaba Jumlahnya 8 orang
7.      Wali Hawariyun jumlahnya 1 orang
8.      Wali Rajabiun jumlahnya 40 orang
9.      Wali Khatamun/penghabisan jumlahnya 1 orang

Adapun perincian dari pada wali di atas akan aku jelaskan seperti di bawah ini :

1.      Wali Aqtab/wali Qutub/ Wali Ghaus/ wali tertinggi.
Yaitu wali yang sangat paripurna, ia memimpin dan menguasai semua wali di seluruh alam semesta, jumlahnya hanya satu orang dalam setiap masa. Jika wali ini wafat maka wali qutub lainnya menggantikan beliau.
Beberapa wali yang pernah mencapai derajat wali Qutub yaitu:
1.      Sayyid Hasan Ibu Ali Ibnu Abi tholib.
2.      Khalifar Umar Ibnu Abdur Aziz
3.      Saikh Yusuf Al Hamadani
4.      Saikh Abdul Qadir Al jaelani
5.      Saikh Ahmad Rifa’i
6.      Saikh Abdussaman Ibnu Masyisy
7.      Saikh Ahmad Badawi
8.      Saikh Ibnu Hasan  asy syazili
9.      Saikh Muhyidin Ibnu Arabi
10.  Saikh Muhammad Bahawdin An Naqsabandi
11.  Saikh Ibrahim Addusiqi
12.  Saikh Jalaludin Rumi.

Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani beliau pernah berkata “ kakiku berada di atas kepala seluruh wali” menurut Abdurrahman Jami dalam kitabnya yang berjudul Al-uns bahwa terkemuka di berbagai abad sungguh-sungguh menyatakan kepala mereka di bawah kaki Saikh Abdul Qadir Al Jaelani.
Syech Ahmad Rifa’i sewaktu beliau pergi Haji berziarah ke makan Rasulullah SAW. Maka nampak tangan dari kubur Nabi yang bersalaman dengan beliau dan beliaupun mencium tangan Nabi Muhammad SAW. Dan kejadian itu di saksikan oleh banyak orang yang juga sedang berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.
Salah seorang muridnya berkata “ Ya Sayyid Tuan Guru adalah Qutub” jawab beliau “sucikan Syakmu daripada qutubiah”  kemudian kata muridnya “Tuan guru adalah Ghaus”. Beliau menjawab, “Sucikan syakmu daripada Ghausiah”.

2.      Wali Aimah
Ialah pembantu wali qutub. Posisi merka menggantikan wali qutub jika mereka wafat, jumlahnya 2 orang setiap masa seseorang bernama “Abdurrabi” bertugas menyaksikan alam malakut.

3.      Wali Autad
Jumlahnya empat orang, berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayahnya berada di Ka’bah. Kadang dalam wali autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar.
-   Abdul Haiyi
-   Abdul Alim
-   Abdul Qodir
-   Abdul Murid

4.      Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika ia meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Kadang jika Wali Abdal meninggal namun belum di tunjukkan pengganti, maka penggantinya akan disidang melalui sebuah mimpi seseorang yang tidak mengenal akan penggnati, kemudia di mimpi tersebut saksi ini melihat calon Wali Afdal tersebut disidang oleh para Wali yang di pimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Di dalam mimpinya, si saksi ini diberikan pula ilmu tentang syahadat dan ilmu Sirrullah yang nanti akan diajarkan oleh Wali Abdal. Kemudian diperintahkan oleh Nabi Muhammad saksi tersebut, setelah ia bangun dari mimpi, ini catatlah nama dan ilmu yang aku berikan, kemudian carilah orangnya. Peristiwa ini pernah terjadi sewaktu Syeh Kiai Haji Muhammad Imran yang di gantikan oleh Kiai Haji Andarsah. 
Jumlah Wali Abdal ada 7 orang, yang menguasai ketujuh iklim. Ibnu Arabi bertemu dengan Wali Abdal bernama,
-   Musa Al Baidarani
-   Abdul Majid bin Salamah
-   Muaz bin Al asyarah.
Wali afdal inilah yang biasanya banyak mengajarkan tentang ilmu haq. Dan di antara wali abdal yang aku kenal dekat dengan beliau-beliau adalah :
-   Syech Haji Muhammad Imran
-   Syech Kiai Haji Andarsah
-   Syech Haji Muhyidin
Ketujuh Wali Abdal ini diatur oleh Rasulullah SAW  untuk mengajarkan ilmu haq, karena merekalah yang dimaksud dengan tujuh Khalifah di dalam Al Qur’an. Firman Allah tentang khalifah tidak lebih dari tujuh kali di sebutkan oleh Allah. Merekalah mursyid yang mengajarkan Islam.
                       
5.      Wali Nuqoba.
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang ilmu syare’at dengan demikian mereka segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika wali Nuqoba melihat bekas telapak kaki seseorang di atas tanah, mereka mengetahui jejak kaki tersebut, orang alim atau tidak, orang bodoh atau tidak, serta orang baik atau orang jahat.

6.      Wali Nujaba.
Jumlah mereka 8 orang dalam setiap masa.

7.      Wali Hawariyun.
Berasal dari kata hawari yang berarti pembela. Dia adalah wali yang senantiasa membela dan menegakkan kebenaran agama Allah yang sesungguhnya, sebelum di ubah-ubah dan di potong-potong. Jumlah wali ini hanya satu orang. Wali Hawariun siap membela agama Islam, baik dengan senjata ataupun dengan argumen, dan mereka sangat pintar menjelaskan. Pada zaman Nabi Muhammad SAEW, sebagai hawari adalah “ Zubair bin Awam”. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekenan dalam ibadah.

8.      Wali Rajabiun.
Dinamakan demikian karena karomahnya selalu muncul bulan Rajab. Jumlah meraka ada 40 orang di muka bumi ini, dan tinggal di berbagai negara. Diantara mereka, Allah menganugerahkan mereka untuk saling mengenal satu dengan yang lain, walaupun tidak pernah bertemu, karena Wali Rajabiun ini dapat dengan mudah mengetahui bathin seseorang. Wali ini mereka setiap bulan Rajab, tubuh meraka terasa berat bagaikan terhimpit langit, mereka berbaring di atas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak, bahkan akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Perasaan seperti itu baru berkurang pada hari ketiga, saat dalam keadaan seperti itu Allah memperlihatkan berbagai peristiwa gaib dan berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap selama mereka berada di atas ranjang. Keadaan Wali Rajabiun ini tetap demikian sampai 3 hari lamanya, setelah 3 hari berlalu baru mereka bisa berbicara, dan apabila bulan rajab berakhir mereka bagaikan terlepas dari ikatan, lalu bangun kemudian kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang atau petani, mereka akan kembali melakukan aktifitasnya.

9.      Wali Khatamun.
Khatam berarti penutup, jumlahnya hanya seorang di akhir zaman. Ia bertugas mengurus dan menguasai wilayah kekuasaan Nabi Muhammad SAW.

Sebagai mana telah aku uraikan tadi tentang wali-wali Allah maka akan aku uraikan juga tentang murid dan tingkatannya.

1.      Mubtadi
Yakni orang-orang yang baru mempelajari tentang Ilmu syare’at yang belum suci sama sekali hatinya daripada maksiat, ria ujub, takabur, sombong dan berbagai perbuatan maksiat lainnya. Pelajarannya menuju haqiqat. Pembicaraannya cepat karena iblis masih senang kepadanya, sehingga tatkala ada perbuatan buruk seperti mengumpat, maka tingkatan inilah yang paling cepat merespon dan langsung ikut mengumpat tanpa ia sadarkan diri dan senang akan apa yang ia kerjakan.

2.      Mutawassitah.
Yakni orang-orang yang di anggap menengah dan berada di tengah dalam mempelajari tharekat tetapi hatinya belum suci semua dari maksiat bathin, dan biasanya orang-orang tharekat suka berceramah, pengalaman haqiqat dan pengantar bagi ilmu laduni. Apabila ia berbicara, ia berfikir dan akan membicarakan hanya apa yang ia dapat dari gurunya saja, jika terlalu tinggi ilmu itu ia mendengarkan serta belajar.

3.      Muntahi
Yakni orang-orang yang telah sangat lanjut yang telah suci roh dan hatinya  dari pada maksiat lahir dan bathin dan telah suci pula daripada selain Allah. Mereka dinamakan orang-orang arifin, telah sampai kepada makrifat. Tingkatan ini, mereka tidak lagi membutuhkan kitab, tetapi merekalah yang menulis kitab, karena mereka sudah berkecimpung di ilmu laduni. Tatkala sesuatu soal yang belum pernah ia pelajari, jika orang bertanya, ia mendapat bantuan dari Allah, dimana Allahlah yang menjawab semuanya. Setelah ia sadar, ia lupa dengan apa yang ia ucapkan tadi.

Ini kisah seorang wali yang sedang sholat di atas air.

Sebuah kapal yang penuh dengan muatan dan bersama 200 orang temasuk ahli perniagaan lepas dari sebuah pelabuhan di Mesir. Apabila kapal itu berada di tengah lautan maka datanglah petir dengan ombak yang kuat, membuat kapal itu terombang-ambing dan hampir tenggelam. Berbagai usaha dibuat untuk mengelakkan kapal itu dipukul ombak ribut, namun semua usaha mereka sia-sia saja. Kesemua orang yang berada di atas kapal itu sangat cemas dan menunggu apa yang akan terjadi pada kapal dan diri mereka. 

Ketika semua orang berada dalam keadaan cemas, terdapat seorang lelaki yang sedikitpun tidak merasa cemas. Dia kelihatan tenang sambil berzikir kepada Allah SWT. Kemudian lelaki itu turun dari kapal yang sedang terunbang-ambing dan berjalanlah dia di atas air dan mengerjakan sholat di atas air.  Beberapa orang peniaga yang bersama-sama dia dalam kapal itu melihat lelaki yang berjalan di atas air dan dia berkata, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Janganlah tinggalkan kami!" Lelaki itu tidak memandang ke arah orang yang memanggilnya. Para peniaga itu memanggil lagi, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Jangan tinggalkan kami!" 

Kemudian lelaki itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan berkata, "ada apa ?" Seolah-olah lelaki itu tidak mengetahui apa-apa. Peniaga itu berkata, "Wahai wali Allah, tidakkah kamu hendak mengambil berat tentang kapal yang hampir tenggelam ini?" 

            Wali itu berkata, "Dekatkan dirimu kepada Allah”.  Para penumpang itu berkata, "Apa yang mesti kami buat?"  Wali Allah itu berkata, "Tinggalkan semua hartamu, jiwamu maka akan selamat”.  Kesemua mereka sanggup meninggalkan harta mereka. Asalkan jiwa mereka selamat. Kemudian mereka berkata, "Wahai wali Allah, kami akan membuang semua harta kami asalkan jiwa kami semua selamat”. 

Wali Allah itu berkata lagi, "Turunlah kamu semua ke atas air dengan membaca Bismillah”. 

            Dengan membaca Bismillah, maka turunlah seorang demi seorang ke atas air dan berjalan menghampiri wali Allah yang sedang duduk di atas air sambil berzikir. Tidak berapa lama kemudian, kapal yang mengandungi muatan beratus ribu ringgit itu pun tenggelam ke dasar laut. Habislah kesemua barang-barang perniagaan yang mahal-mahal terbenam ke laut. Para penumpang tidak tahu apa yang harus dibuat, mereka berdiri di atas air sambil melihat kapal yang tenggelam itu. 

Salah seorang daripada peniaga itu berkata lagi, "Siapakah kamu wahai wali Allah?"
Wali Allah itu berkata, "Aku ialah Awais Al-Qarni”. 

            Peniaga itu berkata lagi, "Wahai wali Allah, sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam itu terdapat harta fakir-miskin Madinah yang dihantar oleh seorang jutawan Mesir”. WaliAllah berkata, "Sekiranya Allah kembalikan semua harta kamu, adakah kamu betul-betul akan membagikannya kepada orang-orang miskin di Madinah?" Peniaga itu berkata, "Betul, aku tidak akan menipu, ya wali Allah”. 

Setelah wali itu mendengar pengakuan dari peniaga itu, maka dia pun mengerjakan sholat dua rakaat di atas air, kemudian dia memohon kepada Allah SWT agar kapal itu ditimbulkan semula bersama-sama hartanya. Tidak berapa lama kemudian, kapal itu timbul sedikit demi sedikit sehingga terapung di atas air. Kesemua barang perniagaan dan lain-lain tetap seperti asal. Tiada yang kurang. 

Setelah itu dinaikkan semua penumpang ke atas kapal itu dan meneruskan pelayaran ke tempat yang dituju. setelah sampai di Madinah, peniaga yang berjanji dengan wali Allah itu terus menunaikan janjinya dengan membagikan harta kepada semua fakir miskin di Madinah sehingga tiada seorang pun yang tertinggal. WAllahu a'alam.


Penggolongan Diri Umat Islam


            Pasal ini akan aku jelaskan tentang penggolongan diri oleh umat Islam menjadi beberapa bagian dan bahkan menjadi 73 golongan. Dalam hal ini Rasulullah saw. Pernah bersabda : “Kelak di akhir zaman ummatku terpecah menjadi 73 golongan, adapun kesemuanya kekal ia di dalam neraka kecuali satu golongan, (yaitu) Al Islam”.
Rasulullah SAW telah terang-terangan menegaskan tentang akan terpecahnya umat Islam menjadi beberapa golongan dan sudah jelas adanya larangan dari Rasulullah tentang menggolongan/pemisahan diri dari ummat Islam yang dulunya hanya satu ummat. Jika kita lihat dari segi syara’, bahwasanya membuat nama baru, menambah, mengurangi agama Islam baik hukum/peraturan dan undang-undang yang ada, maka terhitunglah orang itu bid’ah atau mengubah-ubah agama dan mendirikan agama baru, namun tetap mengatas namakan Islam sebagai tameng agar tidak terlihat menyalahi aturan di mata masyarakat awam umumnya.
 
3.  Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini[397] orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[394]  ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.
[395]  maksudnya ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.
[396]  Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing yaitu dengan: lakukanlah, Jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.
[397]  yang dimaksud dengan hari ialah: masa, yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sebelum kita jelaskan lebih dalam sebentar saja kita simak kisah turunnya wahyu terakhir.
Diriwayatkan bahwa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada'].  Pada masa itu Rasulullah SAW berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril AS dan berkata: 

"Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu”.

Setelah Malaikat Jibril AS pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril AS. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata:
"Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna”. 

Setelah Abu Bakar ra mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra menangis dari pagi hingga ke malam. 

Kisah tentang Abu Bakar ra menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma”. Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu ketahui bahwa apabila sesuatu perkara itu telah sempurna maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri Nabi menjadi janda”. 

Setelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang apa yang mereka lihat itu. 

Berkata salah seorang dari para sahabat, "Ya Rasulullah SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau”. 

Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah SAW melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?”. Kemudian Ali ra. berkata, "Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?”. Lalu Rasulullah SAW berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat".

Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara 'Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, waktu itu aku anda pukul pada tulang rusukku. Oleh itu aku hendak tahu apakah anda sengaja memukul aku atau hendak memukul unta baginda”. Rasulullah SAW berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukul kamu”. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal ra., "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari”. Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]”. 

Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?”. Lalu Bilal ra. berkata: "Aku Bilal, aku telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk mengambil tongkat beliau". Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya". Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk diqishash”. Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah SAW?" Bilal ra. tidak menjawab pertanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah. 

Melihat hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash baginda SAW tetapi kamu qishashlah kami berdua”. Apabila Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua”. Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah SAW" Lalu Rasuliillah SAW berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu”. Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah SAW, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah SAW" Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua”. Berkata Rasulullah SAW "Wahai 'Ukasyah pukullah aku kalau kamu hendak memukul”. 

Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah SAW, anda telah memukul aku sewaktu aku tidak memakai baju”. Maka Rasulullah SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Aku tebus anda dengan jiwa aku ya Rasulullah SAW, siapakah yang sanggup memukul anda. Aku melakukan begini adalah sebab aku ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan aku. Dan Allah SWT menjaga aku dari neraka dengan kehormatanmu”. Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya”. Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW di dalam syurga”.

Apabila ajal Rasulullah SAW makin dekat maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua semoga Allah SWT mengasihi kamu semua, aku berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara aku dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah SWT, kemudian yang akan menshalat aku ialah Jibril AS, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bershalat ke atasku”.

Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah SAW anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?”. Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati”.

Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW bermula. Dalam bulan safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan sering diziaiahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa Rasulullah SAW diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari Senin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun memberi salam, "Assalaarnualaika ya Rasulullah”. Lalu dijawab oleh Fathimah ra., "Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan beliau”. Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan baginda berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan shalat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir”. Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah”. 

Setelah Bilal ra. sarnpai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai Fathimah apakah yang telah berjadi?”. Maka Fathimah ra. pun berkata: "Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid”. Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka beliau pun bershalat subuh bersama dengan para jamaah. 

Setelah selesai shalat subuh maka Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah, oleh karena itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia”. Setelah berkata demikian maka Rasulullah SAW pun pulang ke rumah beliau. Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada malaikat lzrail AS, "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah lerlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masukiah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku”. 

Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam, "Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?" (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah Nabi dan sumber risaalah, bolehkan aku masuk? Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat”. Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu”. Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang aku dengan tajam sehingga terasa menggigil badan aku”. 

Kemudian Rasulullah SAW berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?”. Jawab Fathimah, "Tidak ayah”. "Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur”. Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. Ketika  Rasulullah SAW mendengar tangisan Fatimah ra. maka beliau pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku”. 

Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah”. Lalu Rasulullah SAW menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan aku adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali”. Berkata Rasulullah SAW, "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Aku tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia”. Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW.

Apabila Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril AS maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril AS, "Ya aku tahu”. Rasulullah SAW bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah SWT" Berkata Jibril AS, "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu”. Berkata Rasulullah SAW: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti”. Berkata Jibril AS, "Allah SWT telah berfirman yang bermaksud,

"Sesungguhnya aku telah melarang semua para Nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga”.

Berkata Rasulullah SAW: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku”. Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku”. Setelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati”. Jibril AS mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW apabila mendengar kata-kata beliau itu. Melihatkan telatah Jibril AS itu maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibril AS berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?" Anas bin Malik ra. berkata: "Apabila ruh Rasulullah SAW telah sampai di dada beliau telah bersabda,

"Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga shalat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu”.

Ali ra. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan aku meletakkan telinga, aku dengan Rasulullah SAW berkata: "Umatku, umatku”. Telah bersabda Rasulullah SAW bahwa: "Malaikat Jibril AS telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu”.

            'Amir bin Said dari bapaknya berkata bahwa : "Satu hari Rasulullah SAW telah datang dari daerah berbukit. Apabila Rasulullah SAW sampai di masjid Bani Mu'awiyah lalu beliau masuk ke dalam masjid dan menunaikan sholat dua rakaat. Maka kami pun turut sholat bersama dengan Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW berdoa dengan doa yang agak panjang kepada Allah SWT. Setelah selesai beliau berdoa maka Rasulullah SAW pun berpaling kepada kami lalu bersabda yang bermaksud : "Aku telah bermohon kepada Allah SWT tiga perkara, dalam tiga perkara itu cuma dia memperkenankan dua perkara saja dan satu lagi ditolak.
1.      Aku telah bermohon kepada Allah SWT supaya ia tidak membinasakan umatku dengan musim susah yang berpanjangan. Permohonanku ini diperkenankan oleh Allah SWT.
2.      Aku telah bermohon kepada Allah SWT supaya umatku ini jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti banjir besar yang telah melanda umat Nabi Nuh s.a). Permohonanku ini telah diperkenankan oleh Allah SWT.
3.      Aku telah bermohon kepada Allah SWT supaya umatku tidak dibinasakan karena pergaduhan sesama mereka (peperangan, pergaduhan antara sesama Islam). Tetapi permohonanku tidak diperkenankan (telah ditolak)”.

Apa yang kita lihat hari ini ialah negara-negara Islam sendiri bergaduh antara satu sama lain, hari ini orang Islam bergaduh sesama sendiri, orang kafir menepuk tangan dari belakang, apakah ini yang kita sukai ? dan ada maksud tertentu Allah menolak doa Rasulullah SAW. Nanti akan aku tampilkan bebrapa ayat  tentang hal tersebut yakni dengan itulah Allah menguji kita semua.

Sebenarnya ummat Islam dulunya hanyalah satu ummat tetapi banyak sekali terjadi perselisihan pendapat yang mengakibatkan muncul bebrapa golongan seperti
firman Allah di dalam Al Qur’an QS.Yunus ayat 119.


19.  Manusia dahulunya hanyalah satu umat, Kemudian mereka berselisih[679]. kalau tidaklah Karena suatu ketetapan yang Telah ada dari Tuhanmu dahulu[680], Pastilah Telah diberi Keputusan di antara mereka[681], tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

[679]  Maksudnya: manusia pada mulanya hidup rukun, bersatu dalam satu agama, sebagai satu keluarga. tetapi setelah mereka berkembang biak dan setelah kepentingan mereka berlain-lain, timbullah berbagai kepercayaan yang menimbulkan perpecahan. oleh Karena itu Allah mengutus Rasul yang membawa wahyu dan untuk memberi petunjuk kepada mereka. baca ayat 213 surat Al-Baqarah.
[680]  ketetapan Allah itu ialah bahwa, perselisihan manusia di dunia itu akan diputuskan di akhirat.
[681]  Maksudnya: diberi Keputusan di dunia.


213.  Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

 Selengkapnya... Islam Yang Sesungguhnya di bukunya.